MEMILIH DAN MENGGANTI PELUMAS

Kondisi kendaraan bermotor sangat ditentukan oleh pemeliharaannya. Dengan
perawatan yang baik, mobil akan selalu dalam kondisi prima. Bila
asal-asalan, jangan heran kalau kendaraan sering ngadat.

Perawatan yang tergolong sederhana tetapi sangat vital adalah penggantian
rutin minyak pelumas. Meski sederhana, jenis perawatan ini sering menyisakan
persoalan pemilihan pelumas yang tepat dan hal-hal yang berkaitan dengan
penggantiannya. Pasalnya, pelumas di pasaran tidak hanya berbeda merek
tetapi juga memiliki berbagai spesifikasi. Selain itu, penggantian pelumas
(untuk mesin) juga berkaitan dengan penggantian suku cadang lainnya.

*Oli mesin paling vital*
[image: Vital]Dalam memilih pelumas, jenis kegunaan, kekentalan, dan mutu
merupakan tiga hal yang menentukan. Dari segi kegunaan, ada pelumas sangat
kental seperti gel yang biasa disebut *grease* alias gemuk. Begitu
kentalnya, gemuk akan menempel terus pada komponen yang dilumasi dan tidak
akan menetes, sehingga cocok untuk komponen-komponen terbuka seperti engsel
pintu, sendi-sendi batang kemudi (*tie rod*), lengan suspensi, dsb.

Untuk melumasi komponen yang sifatnya lebih penting, mengandalkan presisi,
dan rumit seperti mesin, transmisi, dan gardan (diferensial), diperlukan
pelumas yang lebih encer ketimbang gemuk. Pelumas encer yang akrab disebut
oli ini dapat bergerak luwes melalui permukaan komponen yang saling
bergesekan. Selain itu kondisi yang lebih encer ini memastikan setiap
permukaan logam tertutup pelumas.

Oli untuk mesin lebih encer daripada yang digunakan pada roda gigi
(transmisi, gardan). Ini dimaksudkan agar pelumas dapat disirkulasikan
melalui saluran-saluran kecil dan sempit dalam mesin dengan lancar.
Sedangkan pada roda gigi, pelumas disirkulasikan dengan bantuan putaran roda
gigi itu sendiri. Dengan tingkat kekentalan tinggi pelumas terangkat oleh
gerigi roda, dan pelumas yang kental dapat meredam suara gesekan lebih baik.
Jadi untuk membedakan pelumas mesin dan pelumas roda gigi, dapat dilihat
dari kekentalanya. Atau, dilihat dari label kemasannya, *Engine Oil* atau *Gear
Oil*.

Dari semua jenis pelumas tadi, pelumas mesinlah yang paling penting lantaran
di dalam mesin terjadi berbagai macam gerakan yang memerlukan pelicin supaya
tidak mudah aus. Karena kerja pelumas pada mesin lebih berat, maka
penggantiannya pun lebih sering dibandingkan dengan pelumas lainnya.

Berdasarkan bahan bakunya, pelumas dibedakan atas dua macam, mineral dan
sintetis. Pelumas mineral berbahan dasar minyak bumi. Setelah diolah, minyak
bumi ditambah bahan-bahan aditif agar mutu pelumas menjadi lebih baik. Pada
pelumas modern biasanya bahan aditifnya cukup lengkap, sehingga beberapa
merek tidak menganjurkan penambahan aditif atau *oil treatment*. Sedangkan
jenis sintetis adalah pelumas berbahan dasar campuran berbagai macam bahan
kimia yang dibuat di laboratorium. Umumnya, pelumas sintetis mempunyai
tingkat mutu lebih tinggi daripada pelumas mineral, namun harganya lebih
mahal.

Warna pelumas bermacam-macam tergantung dari mereknya. Ada yang berwarna
merah, hijau tua, kuning, atau ungu.
Oli juga dibedakan atas kekentalannya. Dalam kemasan atau kaleng pelumas,
biasanya ditemukan kode huruf dan angka yang menunjukkan kekentalannya.
Contohnya, SAE 40, SAE 90, SAE 10W-50, SAE 5W-40, dsb. SAE merupakan
kependekan *Society of Automotive Engineers* atau Ikatan Ahli Teknik
Otomotif. SAE mirip organisasi standarisasi seperti ISO, DIN, JIS, dsb. yang
mengkhususkan diri di bidang otomotif. Sedangkan angka di belakang huruf
tersebut menunjukkan tingkat kekentalannya.

Maka, SAE 40 menunjukkan oli tersebut mempunyai tingkat kekentalan 40
menurut standar SAE. Semakin tinggi angkanya, semakin kental pelumas
tersebut. Ada juga kode angka *multi grade* seperti 10W-50, yang menandakan
pelumas mempunyai kekentalan yang dapat berubah-ubah sesuai suhu di
sekitarnya. Huruf W di belakang angka 10 merupakan singkatan kata
*Winter*(musim dingin). Maksudnya, pelumas mempunyai tingkat
kekentalan sama dengan
SAE 10 pada saat suhu udara dingin dan SAE 50 ketika udara panas. Oli
seperti ini sekarang banyak di pasaran karena kekentalannya luwes (flexible)
dan tidak cenderung mengental saat udara dingin sehingga mesin mudah
dihidupkan di pagi hari.

Pada suhu udara panas atau normal, tingkat kekentalan pelumas mesin berkisar
40 - 60. Sedangkan pelumas roda gigi seperti persneling, gardan, dsb.,
kekentalannya 90 untuk kendaraan tugas ringan seperti kendaraan penumpang,
dan 140 untuk kendaraan tugas berat seperti truk, traktor, alat berat, dan
semacamnya. Oli jenis ini tidak begitu dipengaruhi oleh suhu udara di
sekitarnya.

Khusus untuk transmisi otomatis, pelumas yang digunakan berbeda dengan
transmisi manual. Pelumas transmisi otomatis sering disebut juga ATF
(*automatic
transmission fluid*). Sebenarnya fungsi ATF tidak hanya sebagai pelumas
tetapi juga sebagai pemindah tenaga atau minyak hidrolik. Karena itu ATF
juga sering digunakan pada *power steering* (peringan kemudi).

*Makin lengket, makin bagus*
Selain kekentalan, yang juga perlu diperhatikan adalah mutunya. Kalau
tingkat kekentalan mempunyai satuan SAE, maka tingkat mutu mempunyai satuan
sendiri yaitu API (American Petrolium Institute). Untuk tingkatan mutu
ditandai dengan kode-kode huruf dan hanya tertera pada pelumas mesin. Kode
tersebut terdiri atas dua bagian yang dipisahkan garis miring. Contohnya,
API Service SG/CD, SH+/CE+, dsb.

Kode yang berawalan huruf S (kependekan dari kata *Spark* yang berarti
percikan api) adalah spesifikasi untuk mesin bensin. Pembakaran pada mesin
bensin memang dinyalakan oleh percikan api busi. Sedangkan pada mesin disel
pembakaran terjadi karena adanya tekanan udara sangat tinggi, sehingga kode
mutu pelumas mesinnya diawali huruf C (*Compression*). Huruf kedua pada kode
mutu merupakan tingkatan mutunya, sesuai dengan urutan huruf atau alfabet.
Semakin mendekati huruf Z semakin bagus mutu pelumas tersebut.

Pelumas dengan kode SG/CD menandakan pelumas tersebut terutama digunakan
untuk mesin bensin (SG), meski dapat pula untuk mesin disel (CD). Dan
tingkat mutu pelumas tersebut sampai pada tingkat G untuk mesin bensin dan
tingkat D untuk mesin disel. Sedangkan tanda "+", misalnya pada kode
SH+/CE+, adalah sebagai tanda nilai lebih dari tingkat SH dan CE.

Ada juga penulisan kode yang dibalik dengan huruf C di depan, misalnya CD/SF
atau CE++/SH+. Ini pun ada maksud tertentu, yaitu pelumas dikhususkan untuk
mesin disel, meskipun bisa pula digunakan pada mesin bensin.

Jika diperhatikan, meskipun pelumasnya sama bila digunakan pada mesin disel,
mutunya dinilai lebih rendah daripada jika pelumas tersebut digunakan pada
mesin bensin. Memang umumnya pelumas mesin mempunyai tingkat mutu seperti
ini. Mesin disel mempunyai tekanan atau kompresi dua kali lipat lebih besar
daripada mesin bensin. Akibatnya, getaran mesin dan momen puntir yang
dihasilkan lebih besar. Tugas pelumas pada mesin disel pun lebih berat
dibandingkan dengan pada mesin bensin. Karena itu, standar kualitasnya lebih
tinggi ketimbang standar kualitas pelumas mesin bensin.
Yang menjadi patokan mutu pelumas adalah kekuatan lapisan film pelumas yang
berfungsi melekatkan pelumat tersebut pada logam. Semakin tinggi
kualitasnya, semakin kuat lapisan film mengikat pelumas pada permukaan logam
mesin. Dikatakan semakin tinggi kualitasnya lantaran logam semakin
terlindung dari proses keausan. Sampai saat ini tingkat kualitas pelumas
masih sampai tingkat SJ+ dan CF++. Mesin-mesin teknologi baru seperti *
Twin-Cam*, DOHC, *Multi-Valve*, VTEC, VVT, Turbo, dsb., menuntut pelumas
tingkat tinggi, karena komponen mesin yang harus dilumasi sangat banyak.

*Filternya juga wajib diganti*
Jenis pelumas yang digunakan sebaiknya sesuai dengan persyaratan yang
diminta produsen kendaraan bermotor yang bersangkutan dan menurut pemakaian
kendaraan sehari-hari. Karenanya buku pedoman pemilik kendaraan bermotor
perlu dibaca agar tidak terjadi salah pilih pelumas dan pengeluaran biaya
terlalu mahal. Umpamanya, untuk mobil dengan mesin konvensional (4 silinder
8 katup), jika dalam buku pedoman disebutkan minimal tingkat SE atau CC,
tidak perlu dipilih pelumas SJ+ atau CF+. Pemakaian pelumas bermutu tinggi
pada mesin konvensional hanya memboroskan uang, kecuali jika kendaraan
digunakan pada medan dan beban berat atau pada frekuensi pemakaian tinggi.

Perlu pula diperhatikan, masa pakai pelumas ada batasnya. Jangka waktu
penggantian oli mesin berkisar antara 2.000 - 5.000 km, tergantung dari mutu
pelumas yang digunakan. Semakin tinggi mutunya semakin lama jangka waktu
penggantiannya. Sebaliknya, semakin berat tugas mesin, semakin cepat
penggantiannya. Jadi, jangka waktu penggantian minyak pelumas tergantung
pada tingkat pemakaian kendaraan tersebut.

Mobil yang digunakan setiap hari di dalam kota dan tidak melewati daerah
macet dapat menggunakan pelumas SE atau SF untuk mesin bensin, dan CC atau
CD untuk mesin diesel. Penggantiannya dilakukan setelah 3.000 - 5.000 km
perjalanan. Kendaraan yang digunakan ke luar kota dengan kecepatan konstan
dapat menggunakan minyak pelumas dengan kualitas sedikit lebih tinggi,
misalnya SG atau SH (bensin) dan CD atau CE (disel). Untuk pemakaian yang
lebih berat, misalnya digunakan di daerah macet atau daerah pegunungan yang
penuh dengan tanjakan, sebaiknya digunakan pelumas dengan mutu tinggi atau
frekuensi penggantian pelumas lebih sering, misalnya setiap 2.000 - 3.000
km.

Oli mesin sebaiknya sering sering diperiksa kondisinya dengan menggunakan
tongkat pengukur pada mesin. Untuk memeriksanya cukup mudah. Cabut tongkat
pengukur dari dudukannya, bersihkan dari minyak pelumas yang ada, masukkan,
dan cabut kembali untuk mengetahui kondisi dan volume pelumas. Perhatikan
ujung tongkat yang dibasahi pelumas. Permukaan pelumas harus berada di
antara garis L (*low*) dan H (*high*). Jika dibawah garis L, tambahkan
pelumas sampai mencapai garis H. Perhatikan juga warnanya. Jika oli berwarna
hitam pekat, pelumas sudah kedaluwarsa dan perlu diganti dengan yang baru.

[image: oli-oli]Penggantian oli mesin sering kali menjadi acuan penggantian
suku cadang lain, seperti saringan oli (*oil filter*). Pada umumnya,
penggantian saringan oli dilakukan setelah tiga kali ganti oli atau setiap
10.000 km. Penggantian ini sama pentingnya dengan penggantian pelumasnya.
Saringan oli berfungsi untuk menyerap atau menyaring kotoran-kotoran dalam
pelumas tersebut. Keterlambatan penggantiannya dapat berakibat fatal untuk
mesin.

Jika saringan pelumas sudah penuh kotoran, saringan tersebut bakal
tersumbat, sehingga tekanan pelumas meningkat dan pelumas akan mengalir
melalui saluran *by pass*. Pelumas memang tetap mengalir dan bersirkulasi,
tetapi tidak tersaring dan debit aliran pelumas menurun. Dalam kondisi
seperti ini mesin mengalami kekurangan suplai pelumas (*oil starvation*).
Tentu saja ini berakibat kurang baik pada komponen-komponen mesin.

Saat mengganti saringan, kebutuhan pelumas meningkat sekitar 0,5 l. Jadi,
jika kapasitas pelumas 3 l, pada saat ganti saringan diperlukan oli sebanyak
3,5 l. Pada saat bersamaan sebaiknya mekanik diminta membersihkan pula
saringan udara. Biasanya, jasa ini diberikan cuma-cuma sebagai bagian
servis.

Dengan perawatan dasar yang teratur, diharapkan kendaraan tidak gampang
merongrong pemiliknya. Usia pakai kendaraan juga bisa lebih lama. Tapi
jangan lupa pula perawatan bagian kendaraan lain. Jangan sampai mesinnya
tetap dalam kondisi prima, tetapi bodinya malah hancur.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "MEMILIH DAN MENGGANTI PELUMAS"

Posting Komentar